Catatan pribadi tentang apa saja

Senin, 26 April 2010

Geger ; Film dokumenter Gigolo Bali



Baru-baru ini beredar trailer film dokumenter yang menceritakan sepak terjang gigolo alias pria penghibur wanita di Bali."Cowboy in Paradise" itulah judul film documenter yang berdurasi sekitar 2 menit itu menggambarkan aktifitas pemuda petualang cinta di Bali,khusunya pantai kuta,seperti yang di beritakan detik news hari ini.berbagai komentarpun bermunculan atas tanggapan trailer film documenter ini,yang jelas dengan beredarnya film tersebut warga setempat merasa di rugikan.
Namun, bukan soal itu yang menjadi masalah buat saya. Tetapi reaksi yang dipertontonkan oleh pejabat Pariwisata Bali itu yang membuat saya, maaf, "mual" karena ia mencerminkan kemunafikan yang luar biasa. alih-alih dia mengakui bahwa fenomena wisata sex itu memang ada dan berupaya untuk mengaturnya supaya terkendali dan dapat dikontrol, dia justru menolak eksistensinya.Tentu saja hal ini hanya akan berdampak digunakannya berbagai cara tidak normal dalam rangka "membuktikan" statemen sang pejabat. Biasanya akan dilakukan "sweeping" atau penangkapan atau operasi "penertiban" dalam tempo sehari dua atau seminggu. Tapi setelah heboh film itu reda, maka situasi akan balik lagi. Mengapa? Ya karena memang industri wisata di Bali sudah sangat sulit untuk melepaskan diri dari logika, praksis, dan jejaring wisata global yang salah satu atraksinya adalah sex (selain judi dan obat terlarang!).

Apa yang kita harapkan dari sebuah surga wisata global seperti Bali? Suasana religius seperti Vatikan atau Mekkah? Hanya orang dungu saja yang berharap seperti itu. Dalam posisi bagian dari jejaring wisata global seperti ini, Bali dan tempat-tempat wisata sejenisnya di mana saja di dunia pasti akan menjadi sasaran apa yang disebut "the global sex toursim." Hanya sedikit sekali, untuk tidak mengatakan tidak ada, daerah wisata global yang imun dari praktik seperti itu. Mungkin kalau Bali menjadi wisata ziarah seperti Lourdes, Yerusalem, atau makam-makam para Waliyullah, maka kemungkinan bagi berkembangnya industri wisata sex bisa dihilangkan atau ditekan seminimum mungkin. Dalam konteks Bali seperti sekarang, membantah kenyataan yang ditampilkan oleh film dokumenter itu saya kira sama dengan membantah fakta bahwa matahari terbit dari Timur.
Daripada aparat dan pejabat di Bali hidup dalam kepura-puraan dan menganggap daerah wisata tersebut masih "perawan" dan "seratus persen suci," lebih baik mereka segera membuat aturan main untuk para wisatawan asing dan kegiatan wisata global di propinsi tersebut sehingga tidak perlu berpura-pura "malu" jika ada pihak yang membuat film atau sejenisnya berkaitan dengan kehidupan turisme seperti itu. Kalau memang mau tegas dan meng"haramkan" praktik "casual sex", ya bikin saja aturan yang efektif. Mungkin saja aturan tersebut akan gagal atau membuat turisme di Bali merosot. 
Tetapi itu adalah sebuah resiko yang harus ditanggung. Atau kalau memang masalah tersebut merupakan sebuah ekses yang tak mungkin dicegah lagi, karena bagian dari wisata global itu tadi, maka Pemerintah daerah dan rakyat Bali juga mesti bersiap-siap dan mampu menjawab secara rasional kalau ada produksi-produksi film dan video seperti itu di masa depan. Ketimbang berpura-pura sok suci dan ujung-ujungnya malu kalau ketahuan dan reaktif, sikap yang jujur barangkali akan membuat masyarakat mencoba belajar dari sebuah perubahan dan kebijakan publik yang sudah dipilih. Bukankah setiap pilihan kebijakan mengandung resiko?

Alangkah ironisnya ketika Gubernur Bali menolak penerapan UU Pronografi karena alasan kultural, tetapi ketika terjadi ekses wisata global seperti ditayangkan dalam film dokumenter ini lantas anak buahnya mencoba mengingkari dan menolak eksistensinya? Orang bilang: "The truth will set you free." Enak dikatakan tapi susah untuk dipraktekkan, bukan?

source:
http://www.detiknews.com/read/2010/04/26/115447/1345428/10/film-dokumenter-tentang-gigolo-cowboys-in-paradise-gegerkan-bali
http://www.youtube.com/watch?v=yDPNeXSVmak&feature=watch_response_rev

36 komentar:

  1. wah banyak juga macam sex di pulau nomor satu didunia itu ya...
    hoho..

    The truth will set you free..

    mungkin itu memang sebuah resiko untuk pulau seperti bali yaa,,

    BalasHapus
  2. Bali adalah salah satu milik bangsa yang paling indah dan berbudaya luhur. Jangan dikorbankan di atas altar wisata global..

    *sek di Bali? ah sudah jd rahasia umum kalo itu..

    BalasHapus
  3. hmm, saya baru dengar soal ni film, tapi klo masalah kritikan buat ni film aku nggak ikut campur, asalkan nama indonesia khususnya pulau yang bersangkutan citranya nggak menjadi jelek sah2 aja deh...

    BalasHapus
  4. bali memang surganya para wisatawan dunia, mudah2an bali lebih banyak dilihat orang dari sisi positifnya dari pada negatifnya...

    BalasHapus
  5. Mawas diri dan buktikan bahwa kita tidak seperti itu!

    BalasHapus
  6. @ dimas..sudah jelas film ini menjelek2an BALI tp tidak menjelekan Indonesia,,kan orang barat tau bali tp ngga tau indonesia...:c

    BalasHapus
  7. waduh klo kaya begini, mungkin dibali jadi banyak sisi negatifnya neh hik,,hik,,
    klo kebali jd mikir2 dulu dah

    BalasHapus
  8. @ moenas..yah kali2 aja dirimu pnya bakat terpendam..:f ,tp tenang aja itu film kayaknya bwt ngejelek-jelekin bali dech..

    BalasHapus
  9. peniruan budaya yang kebabLasan

    BalasHapus
  10. Iya nih...

    aQ juga sempat baca di yaHoo.com

    mungkin ini hanya salah satu dari sekian banyak bisni begini yang bisa diungkap....

    BalasHapus
  11. Tenang sob Tenang ,, Dunia Biar Dinikmati sepuas2nya Oleh Mereka ,Kita tonton Aja ha ah aha ha:c

    Kata Rhoma Irama "Pesta pasti berakhir"

    BalasHapus
  12. sebuah efek yag lahir dari tempat wisata dengan berbagai macam budaya,
    tapi pada dasarnya
    tempat wisata adalah empat orang mencari kesenangan..
    dan film tsb salah satu contohnya

    BalasHapus
  13. wah wah wah dari judulnya saja gigolo bali gimana kalo filmnya ya...jadi penasaran nih bung aan ! nice post friend

    BalasHapus
  14. @ om rame n shanusy.. ,efek dari tatanan global yg berdampak sistemik..:s

    @ goo blog..kalo menurut trailernya gmbaran dr pantai kuta,,gmna pantai2 yg lain ya? :i

    @ mundo..yg gw inget dr bang rhoma untuk trailer ini "mengapa yang enak2 itu yang di larang.."

    @ master..gmna master ada rencana bwt ke bali ngga?ehehe :c

    BalasHapus
  15. Wah ,ane td bru nton britax di tv mas, tp bneran g2 beritanya ?

    BalasHapus
  16. @ albertus..siplah dukung saya! :a

    @ Ratasoe,,beneran laa,

    BalasHapus
  17. Sedia : Gigolo Second atau baru.. Gress... servis memuaskan...

    Kunjungi abangaffan.blogspot.com untuk mendapatkan gigolo inceran anda...

    wahahhahaahahah... mammmpiirrr aaaaaaaaaannnn...

    BalasHapus
  18. Yaaaahhh, klo mnurut aq, pariwisata slalu mengundang/mengandung resiko... apapun itu, yaaa di antaranya kebebasan seksual, lintas perdagangan narkoba, dsb... Ditinjau dr segi devisa, menguntungkan... tapi... jgn tanya soal moral... kayaknya ud nomor ke seratus tuuuhhh... wehehe... btw, harap diingat ... Indonesia itu terkenal di luar negeri... salah satu yg paling menonjol adalah Bali... jdi, ya pinter2 aparat laaah utk menertibkan situasi di sana... klo masyarakat siiihhh, selama gak terjadi tindak kekerasan/kriminal, biasanya oke2 saaazzzaaaa...

    BalasHapus
  19. sepertinya film ini marak sekali diperbincangkan sekarang gimana ya filmnya

    BalasHapus
  20. koboi di surga memang lagi ngetrend nih sekarang

    BalasHapus
  21. Jadi An, Bali itu sebelah mananya Indonesia ya?

    BalasHapus
  22. filmnya sepertinya tidak mendidik,,hanya berisi informasi, ini bentuk penjajahan karena saya yakin dan tau watak mereka(usa), yang perlahan menggerogoti moral suatu bangsa, media lah alat penjajahan yang di manfaatkan itu,,mari kita saring film ini dan kita telaah bersama sebagai bangsa indonesia

    BalasHapus
  23. hmmm.. saya sendiri baru tau tadi tentang berita gigolo bali pas nonton tv online milik salah satu blogger senior.. anehnya kenapa harus bali yah..? bikin gak enak body ajah di mata dunia.. mana pake acara menang lagi tuh film dokumenter..hiksss

    BalasHapus
  24. benar juga ulasannya ..
    udah gak bisa di pungkiri ... mungkin razia 1 atau 2 bulan aja .. seiring filmnya selesai pasti bakala balik lagi kayak dulu ...

    begitulah Indonesia ...

    BalasHapus
  25. Bukan rahasia lagi bahwa bali dianggap surga, karena di sana begitu bebasnya perjudian, miras, prostitusi, pokoknya yang enak-enak. Tapi akibat kebebasan itu turunnya moral, salah dianggap bener dan bener dianggap salah, tidak ada lagi kejujuran, contohnnya diperlihatkan oknum pejabat itu.Tapi harapan itu akan selalu ada bagi perubahan Indonesia yang lebih baik..

    BalasHapus
  26. wah mencemarkan niy...

    POLUTANT at Bali no way!!

    salam persahabatan

    aku follow ya..

    BalasHapus
  27. Laah di Jakarta aja UU pornografi gak kedengeran gaungnya gimana..
    gak jelas, apakah udah ada yg kena tindak dari UU tersebut. Padahal di Jkt juga udah banyak yg terang-terangan tuh

    BalasHapus
  28. mendukung cara pandang mu yg positif u/ kemajuan pencitraan diri Indonesia

    BalasHapus
  29. iya bener.. film ini bikin geger deh.. kenapa gak sisi sisi yang baik aja dari bali??? atau cuma bikin sensasi??? tau lah...

    BalasHapus
  30. Wah..kenap sih dibesar2kan
    yang dilihat ke Bali kan ngga yang begitu?
    *ngga rela*
    hehhe

    BalasHapus
  31. ya ampun ada2 aja,tapi ga aneh d pulau bali,,hmmm

    BalasHapus
  32. kunjungan sore ,sambil nunggu posting baru

    BalasHapus
  33. tipikal orang kita bung...kebakaran jenggot kalo udah terekpos...pdhal praktek begitu udah dari dulu...udah jd rahasia umum

    BalasHapus

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.
Check Page Rank
Copyright © Sekitar Kita | Powered by Blogger
Design by Saeed Salam | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com