Catatan pribadi tentang apa saja

Senin, 22 Maret 2010

Belajar dari Liga Inggris


Puluhan klub besar seperti Manchester United, Chelsea, Liverpool, dan Arsenal terlahir dari rahim liga paling bergengsi di dunia ini. Mereka adalah klub yang sukses secara finansial dan prestasi. Saking suksesnya bahkan mereka telah mendirikan sejumlah Sekolah Sepak Bola (SSB) di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Bagaimana dengan negara kita? janganlah bicara prestasi dulu,baru-baru ini PSSI di coret dalam daftar calon tuan rumah piala dunia 2022,sampai tulisan ini di buat saya belum "ngeh" kenapa dan bagaimana,baru mau nyalon aja udah di coret,belum lagi kisruh kongres PSSI


Alangkah baiknya demi menaikkan kasta persepakbolaan nasional kita perlu banyak belajar dari liga-liga kelas dunia, salah satunya liga Inggris (Premier League). Di liga Inggris, pertandingan sepak bola dilakukan dengan persiapan yang sangat matang dan detail. Seorang penonton di Inggris -bahkan hooligan sekalipun- (sebutan untuk suporter ektrim Inggris) pantang masuk ke stadion tanpa membeli tiket. Mereka lebih baik tidak makan, tidak mandi berhari-hari, dan tidur di emperan toko dari pada harus masuk stadion tanpa tiket. Berbeda dengan suporter Indonesia, yang jika dilarang masuk tanpa tiket akan merangsek masuk dan membuat keributan di luar stadion.

Dari sisi manajemen, antisipasi terhadap tindak kerusuhan sekecil apapun telah diatur rapi. Pada tiket penonton, tertera nama penonton dan kontak nomor yang bersangkutan. Kamera pun terpasang disetiap sudut stadion agar kejadian apapun dapat terekam dengan utuh. Di Indonesia, jangankan untuk kamera pengintai, untuk fasilitas penerangan stadion saja, beberapa klub masih sering drop pada saat pertandingan berlangsung. Lebih parah lagi, beberapa klub bahkan kebingunan akan menggunakan stadion mana yang bisa memenuhi standar BLI. Bagi para pengacau, polisi dan panitia pelaksana (panpel) di Inggris tidak akan memberi ampun. Pelangaran sekecil apapun, sesederhana apapun, akan diusut dan ditindak sampai tuntas. Sebagaimana yang di alami 11 suporter asal Totteham Hotspur yang dituntut oleh polisi Postmunt atas teriakan tidak senonoh kepada Sol Campbell dengan sebutan “kumuh” PADA DESEMBER 2009. 

Peraturan yang diatur di liga inggris tidak hanya berlaku bagi penonton dan panpel. Pemain juga akan dikenai sanksi juka terbukti melakukan tindakan kurang terpuji sekecil apapun. Masih ingat, beberapa waktu yang lalu, ketika Didier Drogba melempar koin ke tribun penonton seusai mencetak gol ke gawang Burnley, dia dikenai sanksi larangan bertanding oleh Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA). Jauh berbeda dengan Indonesia, dimana ketika ada seorang manajer klub yang terbukti jelas memukul -meskipun meleset- kepada wasit, dia hanya mendapat hukuman 6 bulan dan denda 30 juta.

Tidak adil memang, jika kita membandingkan Liga Inggris dengan Liga Indonesia karena atmosfernya memang berbeda. Namun, jika kita tidak segera memulai menerapkan konsep liga profesional yang koheren tanpa kompromi, maka sampai kapanpun tidak akan pernah lahir sebuah klub tersohor dari Indonesia.



*kaya' yang pernah ke Inggris aja

20 komentar:

  1. butuh revolusi personalia di tubuh PSSI dan tim kesebelasan jika ingin merubah nasib sepak bola kita gan,,,

    BalasHapus
  2. kalau dilihat kembali mengapa olahraga indonesia khususnya sepakbola tidak dianggap, salah satu faktornya mungkin adalah sepakbola belum dianggap sebagai sarana untuk berprestasi, tapi hanya sekedar fanatisme yang mengabaikan aturan.. itu

    BalasHapus
  3. Ikut nyimak aja gan,kurang ngerti soal bola . .Hehehe. .

    BalasHapus
  4. Ane lo nton lg ina, bwaanx mw marah aj. Makax lbh baik kga usah nton dh..bkin kecwa aj...salam

    BalasHapus
  5. PSSI g akan pernah maju kalau peraturannya aja masih belum jelas, belum lagi kisruh yg sering terjadi, alah cp' dech

    BalasHapus
  6. yah... sepertinya butuh butuh butuh perombakan yang sangat besar untuk paling tidak bisa mencapai seperempat dari apa yang sekarang nampak di liga Inggris... moga aja para petinggi di PSSI tidak hanya sibuk mengurusi dirinya sendiri tetapi mau berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memajukan jagad persepakbolaan di negeri ini... semoga...

    BalasHapus
  7. Wahhh... ak kurang begitu paham soal bola sob...

    BalasHapus
  8. Jadi terasa jauh ya, bedanya. Termasuk juga pelatih, dan pemain, di sana mereka begitu makmur, bergaji tinggi, finansial sangat cukup sehingga bener2 konsentrasi di profesi. Di sini, masih ada kekawatiran, bisa nabung nggak, bisa diandalkan nggak untuk masa depan...
    Walaupun sedikit demi sedikit, semoga ada perbaikan.

    BalasHapus
  9. indonesia belum siap mungkin menjadi tuan rumah piala dunia kalo diliat dari pemain dan suporter kita

    BalasHapus
  10. Sebenarnya apa yang salah ya sama Indonesia koq dunia persepakbolaannya begitu amat, tapi mungkin semua bidang begitu ya....jauh dari disiplin....An, shoutmix ma CBoxnya aku hapus semua tuh....

    BalasHapus
  11. Yup...seringkali saya juga heran, penonton Inggris yang terkenal brutal...tapi saat menonton pertandingan terlihat sangat tertib. Bahkan disetiap stadion antara lapangan dan tempat duduk penonton tak ada sekat seperti pagar tinggi yang ada di gelora bung Karno...hebat kan ?

    BalasHapus
  12. Banyak banget mazz...yg perlu dibenahi dan paling tidak moral dan etika...baik itu suporter, official team,pemain,dan panpel itu sendiri..sehingga motivasi untuk maju bisa terus tercipta..!!!amminnn...!!!

    BalasHapus
  13. PSSI gak usah mimpi terlalu besar dah!
    kalo masih ricuh, jangankan penonton luar negeri, yang dalam negeri aja juga males buat nontonnya :)

    BalasHapus
  14. kalo diendonesa,sepakbola tumpang sari sama karate ya mas..
    haha

    BalasHapus
  15. ketika tidak ada yang bisa di banggakan lagi dr indonesia di dunia internasional,sepak bola menjadi salah satu untuk mengangkat citra kita..

    sebenernya pemain2 kita cukup di perhitungkan,paling tidak dalam level asia tenggara permainanya terbbilang unik,tapi entah kenapa hal ini masih sulit untuk di "jual" jangankan di negeri orang menjadi tuan rumah dinegeri sendiri aja susah

    BalasHapus
  16. Indonesia mungkin masih perlu waktu berpuluh2 tahun lagi untuk bisa setara dengan Liga Inggris, minimal dari segi management liganya... mdh2an PSSI semakin maju, apalagi jika managemen yang sekarang mau dirombak seluruhnya... jangan ada lagi orang lama..................... ganti !!!!!

    BalasHapus
  17. Indonesia harus banyak belajar ... dan harus sadar bahwa prestasi tidaklah bisa diciptakan dengan cara instan, semua harus melalui proses panjang.

    BalasHapus
  18. dari dulu hingga kini emang sangsi yg diberikan gak sepadan ama yg diperbuat...lah bagai mana lagi...lawong hukum jadi ladang pendapatan markus

    BalasHapus
  19. Bola mah.. sukanya kaum lelaki.. aku masak aja deh.. ;))

    BalasHapus
  20. Sesungguhnya, semua ini telah kuperhatikan, semua ini telah kuperiksa, yakni bahwa orang-orang yang benar dan orang-orang yang berhikmat dan perbuatan-perbuatan mereka, baik kasih maupun kebencian, ada di tangan Allah; manusia tidak mengetahui apapun yang dihadapinya.
    Segala sesuatu sama bagi sekalian; nasib orang sama: baik orang yang benar maupun orang yang fasik, orang yang baik maupun orang yang jahat, orang yang tahir maupun orang yang najis, orang yang mempersembahkan korban maupun yang tidak mempersembahkan korban. Sebagaimana orang yang baik, begitu pula orang yang berdosa; sebagaimana orang yang bersumpah, begitu pula orang yang takut untuk bersumpah.
    Inilah yang celaka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari; nasib semua orang sama. Hati anak-anak manusiapun penuh dengan kejahatan, dan kebebalan ada dalam hati mereka seumur hidup, dan kemudian mereka menuju alam orang mati.

    Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati.
    Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap.
    Baik kasih mereka, maupun kebencian dan kecemburuan mereka sudah lama hilang, dan untuk selama-lamanya tak ada lagi bahagian mereka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari.
    Mari, makanlah rotimu dengan sukaria, dan minumlah anggurmu dengan hati yang senang, karena Allah sudah lama berkenan akan perbuatanmu.
    Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu.
    Nikmatilah hidup dengan isteri yang kaukasihi seumur hidupmu yang sia-sia, yang dikaruniakan TUHAN kepadamu di bawah matahari, karena itulah bahagianmu dalam hidup dan dalam usaha yang engkau lakukan dengan jerih payah di bawah matahari.
    Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.
    Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami mereka semua.
    Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba.

    BalasHapus

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.
Check Page Rank
Copyright © Sekitar Kita | Powered by Blogger
Design by Saeed Salam | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com