Tentang Video Porno,Santai saja.. (?)
gambar disamping ini saya ambil dari detik edisi 15/06/'10 sebuah judul yang menurut saya agak sedikit lebay mode;on..tapi bukan media namanya kalo ngga' bikin yang heboh2 ..
Heboh video seks yang dinisbahkan kepada artis-artis kondang, Ariel Peterpan dengan Luna Maya dan Cut Tari, sudah menciptakan wacana publik dan aksi pro kontra yang memiliki dampak sosial, budaya, dan politik sangat serius. Publik tentu menyikapi fenomena ini sesuai dengan ukuran-ukuran moral dan kemampuan penalaran mereka masing-masing berikut implikasinya baik yang dimaksudkan maupun yang tak dimaksudkan.
Menariknya, para pelaku yang sekarang sudah dipanggil oleh penegak hukum (Polri) tampaknya menyikapinya secara sangat kalem dan tanpa ada bayang-bayang kecemasan, apalagi perasaan malu, sebagaimana yang diperlihatkan oleh bahasa tubuh, ucapan, maupun tampilan wajah mereka. Ini sangat berbeda dengan respons yang biasanya muncul manakala kasus semacam video seks seperti ini muncul di publik. Para pelaku atau yang disangka pelaku, umumnya mencoba menghindar dari media dan publik dan kalaupun harus berurusan dengan Polisi, mereka umumnya sangat khawatir identitas dan sosoknya diketahui. Ini tentu bukan karena ketiga orang pencipta video tersebut merasa difitnah atau karena video tersebut palsu. Saya sangat percaya keterangan ahli IT yang juga anggota DPR-RI, Roy Suryo , bahwa keaslian video tersebut 100%, bukan hanya 99% seperti kesaksian dari ahli lain. Karena itu, menurut hemat saya, sikap ketiga artis tersebut harus dijelaskan dari perspektif lain.
Bagi mereka, apa yang mereka lakukan bukanlah sesuatu yang harus disesali atau dianggap melanggar norma karena berada dalam domain pribadi. Dalam wawancara di TV One, malahan kesan saya, mereka merasa menjadi korban dari penyebaran video yang dianggap sebagai bagian dari ranah "privasi" atau hak pribadi mereka.
Saya membayangkan, sekiranya kasus ini terjadi pada dua dasawarsa yang lalu, bukan saja pandangan ini tidak akan bisa ditampilkan di depan media dan publik dengan begitu terang-terangan, bahkan untuk mereka tampil ke ruang publik pun rasanya sangat sulit. Kondisi seperti ini menunjukkan bagaimana persepsi sebagian dari anggota masyarakat kita terhadap seksualitas, pornografi, dan moralitas, sudah sangat berbeda dengan yang selama ini ingin dipercayai dan ditampilkan. Penampilan ketiga artis yang sama-sama tampil "biasa-biasa saja" dalam menyikapi kehebohan ini, adalah sesuatu yang harus disikapi secara rasional, bukan hanya sumpah serapah atau penilaian moral yang buruk. Kalau toh pada akhirnya mereka bertiga dan yang lain harus berhadapan dengan hukum dan sanksi hukum, maka hal tersebut memang merupakan sebuah konsekuensi dari sebuah tindakan yang melanggar hukum. Sebab, fenomena ini sejatinya bukan hal yang sama sekali baru.
Saya punya asumsi bahwa ada banyak kejadian yang mirip seperti ini, namun tidak sampai menjadi konsumsi publik. Ia menjadi indikator bahwa kemajemukan paradigma dan persepsi serta prilaku mengenai masalah seks, moral, agama dsb memang tak dapat dielakkan dalam sebuah masyarakat terbuka dan majemuk di negeri ini. Hal itu membawa konsekuensi bahwa masyarakat Indonesia harus mampu menciptakan perangkat-perangkat sosial, politik, hukum, dan budaya yang dapat menyiasati dan mengatur perkembangan pesat dari kemajemukan di masa datang. Kalau tidak, maka yg terjadi adalah semakin lebarnya jarak antara persepsi dengan realita yang pada ujungnya membuka peluang bagi pengambilan keputusan atau kebijakan yang mengarah pada ketidaksiapan menghadapi perubahan atau hipokrisi.
Kalaupun moralitas publik yang menolak prilaku dari ketiga artis tersebut ingin diberlakukan, setidaknya harus tetap melalui proses-proses yang tidak menutup kemungkinan bagi ketiganya untuk menyampaikan pandangan mereka. Sebab bisa jadi apa yang mereka lakukan adalah sebuah kenyataan riil yang ada ( kendati menurut anggapan masyarakat sangat menyeleweng), dan memiliki komunitasnya sendiri. Jika demikian halnya, maka hak-hak dasar dan pribadi mereka pun sejauh mungkin harus diayomi tanpa harus mengorbankan apa yang dianggap sebagai konsensus atau kesepakatan publik dalam hal moralitas dan kesopanan publik.
Kasus video seksual ini tentu juga sebuah kabar buruk bagi mereka yang menghendaki keseragaman, baik dalam pikiran maupun prilaku dalam masyarakat pluralistis seperti kita. Bisa saja orang-orang seperti para artis ini dihujat dan ditindas, namun eksistensi mereka tidak akan hilang begitu saja. Teknologi informasi dan jejaring sosial yang makin canggih, kian hari kian menuntut redifinisi terhadap apa yang dianggap wajar dan tidak, apa yang secara moral diterima dan tidak.
Para pemimpin agama, cendekiawan, guru, dan tokoh-tokoh informal serta para penguasa akan dihadapkan dengan tantangan yang muncul dari perubahan sebagai akibat makin cairnya batas-batas yang selama ini kita pakai. Tak mungkin lagi kita menengok kebelakang dan mengharap bahwa cara-cara penyelesaian masalah sosial dapat ditemukan rujukannya secara pasti.
Heboh video seks yang dinisbahkan kepada artis-artis kondang, Ariel Peterpan dengan Luna Maya dan Cut Tari, sudah menciptakan wacana publik dan aksi pro kontra yang memiliki dampak sosial, budaya, dan politik sangat serius. Publik tentu menyikapi fenomena ini sesuai dengan ukuran-ukuran moral dan kemampuan penalaran mereka masing-masing berikut implikasinya baik yang dimaksudkan maupun yang tak dimaksudkan.
Menariknya, para pelaku yang sekarang sudah dipanggil oleh penegak hukum (Polri) tampaknya menyikapinya secara sangat kalem dan tanpa ada bayang-bayang kecemasan, apalagi perasaan malu, sebagaimana yang diperlihatkan oleh bahasa tubuh, ucapan, maupun tampilan wajah mereka. Ini sangat berbeda dengan respons yang biasanya muncul manakala kasus semacam video seks seperti ini muncul di publik. Para pelaku atau yang disangka pelaku, umumnya mencoba menghindar dari media dan publik dan kalaupun harus berurusan dengan Polisi, mereka umumnya sangat khawatir identitas dan sosoknya diketahui. Ini tentu bukan karena ketiga orang pencipta video tersebut merasa difitnah atau karena video tersebut palsu. Saya sangat percaya keterangan ahli IT yang juga anggota DPR-RI, Roy Suryo , bahwa keaslian video tersebut 100%, bukan hanya 99% seperti kesaksian dari ahli lain. Karena itu, menurut hemat saya, sikap ketiga artis tersebut harus dijelaskan dari perspektif lain.
Bagi mereka, apa yang mereka lakukan bukanlah sesuatu yang harus disesali atau dianggap melanggar norma karena berada dalam domain pribadi. Dalam wawancara di TV One, malahan kesan saya, mereka merasa menjadi korban dari penyebaran video yang dianggap sebagai bagian dari ranah "privasi" atau hak pribadi mereka.
Saya membayangkan, sekiranya kasus ini terjadi pada dua dasawarsa yang lalu, bukan saja pandangan ini tidak akan bisa ditampilkan di depan media dan publik dengan begitu terang-terangan, bahkan untuk mereka tampil ke ruang publik pun rasanya sangat sulit. Kondisi seperti ini menunjukkan bagaimana persepsi sebagian dari anggota masyarakat kita terhadap seksualitas, pornografi, dan moralitas, sudah sangat berbeda dengan yang selama ini ingin dipercayai dan ditampilkan. Penampilan ketiga artis yang sama-sama tampil "biasa-biasa saja" dalam menyikapi kehebohan ini, adalah sesuatu yang harus disikapi secara rasional, bukan hanya sumpah serapah atau penilaian moral yang buruk. Kalau toh pada akhirnya mereka bertiga dan yang lain harus berhadapan dengan hukum dan sanksi hukum, maka hal tersebut memang merupakan sebuah konsekuensi dari sebuah tindakan yang melanggar hukum. Sebab, fenomena ini sejatinya bukan hal yang sama sekali baru.
Saya punya asumsi bahwa ada banyak kejadian yang mirip seperti ini, namun tidak sampai menjadi konsumsi publik. Ia menjadi indikator bahwa kemajemukan paradigma dan persepsi serta prilaku mengenai masalah seks, moral, agama dsb memang tak dapat dielakkan dalam sebuah masyarakat terbuka dan majemuk di negeri ini. Hal itu membawa konsekuensi bahwa masyarakat Indonesia harus mampu menciptakan perangkat-perangkat sosial, politik, hukum, dan budaya yang dapat menyiasati dan mengatur perkembangan pesat dari kemajemukan di masa datang. Kalau tidak, maka yg terjadi adalah semakin lebarnya jarak antara persepsi dengan realita yang pada ujungnya membuka peluang bagi pengambilan keputusan atau kebijakan yang mengarah pada ketidaksiapan menghadapi perubahan atau hipokrisi.
Kalaupun moralitas publik yang menolak prilaku dari ketiga artis tersebut ingin diberlakukan, setidaknya harus tetap melalui proses-proses yang tidak menutup kemungkinan bagi ketiganya untuk menyampaikan pandangan mereka. Sebab bisa jadi apa yang mereka lakukan adalah sebuah kenyataan riil yang ada ( kendati menurut anggapan masyarakat sangat menyeleweng), dan memiliki komunitasnya sendiri. Jika demikian halnya, maka hak-hak dasar dan pribadi mereka pun sejauh mungkin harus diayomi tanpa harus mengorbankan apa yang dianggap sebagai konsensus atau kesepakatan publik dalam hal moralitas dan kesopanan publik.
Kasus video seksual ini tentu juga sebuah kabar buruk bagi mereka yang menghendaki keseragaman, baik dalam pikiran maupun prilaku dalam masyarakat pluralistis seperti kita. Bisa saja orang-orang seperti para artis ini dihujat dan ditindas, namun eksistensi mereka tidak akan hilang begitu saja. Teknologi informasi dan jejaring sosial yang makin canggih, kian hari kian menuntut redifinisi terhadap apa yang dianggap wajar dan tidak, apa yang secara moral diterima dan tidak.
Para pemimpin agama, cendekiawan, guru, dan tokoh-tokoh informal serta para penguasa akan dihadapkan dengan tantangan yang muncul dari perubahan sebagai akibat makin cairnya batas-batas yang selama ini kita pakai. Tak mungkin lagi kita menengok kebelakang dan mengharap bahwa cara-cara penyelesaian masalah sosial dapat ditemukan rujukannya secara pasti.
Kebenarannya secara awam 100 persen, masa ada 3 orang secara kebetulan sama tubuhnya!
BalasHapushhmm...tema hangat yang tak ada adi dunia nyata tapi juga didunia maya! ah.....100% atupun 200 % tetep saja efeknya bener-bener merusak mental masyarakat!
BalasHapusmudah2an ini nggak terjadi untuk yang kedua kalianya...
BalasHapusharusnya,,,selebritis sebagai public figur harus memberikan contoh postif buat remaja Indonesia....
tulis komentar disini :) wakakakakakakkaka
BalasHapusapapun juga alasannya "Para pelaku eh ... para pemeran" sudah melakukan suatu "kebodohan" dimana tindakannya bisa mengakibatkan dampak negatif terutama bagi kalangan remaja sekolah. Bila mereka menganggap dirinya sebagai korban adalah hal yg sangat aneh, karena mereka melakukannya incl.recording secara sadar !!!, terlebih hub intim adalah sesuatu yg privasi (2 atau 3 org bukan lagi provacy)dan bukan untuk ditonton ulang ...!
BalasHapusaih sungguh sangat ironis sekali apabila benar "mereka" adalah pelakunya ...! merasa menjadi korban ??? karena bagaimanapun juga (sebahagian besar) masyarakat Indonesia masih memegang norma2 susila dan asas kepatutan !
BalasHapusaku juga percaya video itu asli 100% sobat,,,
BalasHapusbukan rekaan,, Roy, teman se-team ku udah meyakini hal tsb(mode:on) hehe
ya bner tuh jgn mpe terulang kedua kali,
pengn terkenal malah jd masuk bui...
kalo emang tuh pribadi, harus dijaga ditempat yg benar2 aman,,(ariel...riel)
salam,,
@6918153677040487938.0
BalasHapusklo gbr tdk bergerak (baca foto) mungkin msh bs direkayasa,,tp ini gbr bergerak .. tubuh mereka beda lho.. :D
@8908260808602025689.0
BalasHapusiya mba ira..masalahnya bukan asli atau engga nya video ini..tp dari desa sampe istana negara smuanya heboh gara2 video ini
@7842560092885824092.0
BalasHapuskitanya harus bijak ,,klo mengidolakan artis.. :D
@7623071540272118631.0
BalasHapusberterimakasihlah pada "oknum" si penyebar ini..kan ketauan aslinyakaya apan.. :)
@5721376315424707338.0
BalasHapusmasyarakatlah yg menjadi korban,,kita ambil hikmahnya aja ya bung... :D
@2985839325341649963.0
BalasHapusokelah sepakat 100%,,terus mau apa?hehe
terLepas dari tokoh peLaku pada video-video sejenis itu (khususnya di Indonesia), koq kayanya haL seperti ini seLaLu terjadi dan terjadi Lagi baik dari kaLangan pubLik figur ataupun non-pubLik. ada apa yah, human (priLaku manusianya) atau sistem (penegakan hukum yang menjerakan) yang error.
BalasHapusjadi tanda tanya sendiri nih, hehehe...
Sepakat dengan tulisan di atas, sob..
BalasHapusHarus ada redefinisi batas-batas yang hampir tak jelas batasannya...
yang nyebarin itu yang bikin khasus...,
BalasHapuspermasalahan seperti ini ga bisa di pandang dari satu sisi saja tuch...,
intinya adalah kasus ini jadi besar karena yang jadi objek beritanya itu seleb papan...
Kasus ini masih mending... Normasl.. CEWK Ama cowok yang melakukannya....
Tapi kalo berita yang beberapa hari lalu keluar... ga sampe seheboh ini..
Pemuda di bali di nikahkan dengan sapi betina karena kepergong berhubungan intim....,
wah.... berita seperti itu dianggap angin lalu..., padahal hal seperti ini yang memerlukan tanggapan yang cukup serius....
hihiihihihihihiih
jadi binggung....
hahahahahhaha
salam kenal...
duh..... kapan ya berakhir....,
BalasHapuskasian juga ngedengernya... hehehehehhe
KOrban?...Makin hilang budaya malu....miris, hal seperti itu koq direkam untuk apa dan kenapa?....pasti itu sakit dan harus diobati terutama "RASA MALU" itu harus kembali ditumbahkan dan dikembalikan pada tempatnya. Halah...
BalasHapusjudul itu emang pas karena penjelasan mereka di TV one tidak menjawab pertanyaan apakah mereka yang ada di video itu si L,jwabannya mbuleett aja "yang pasti kami tidak merasa dan tidak seperti yang dituduhkan" tidak merasa menyebarkan iya,tapi merasa melakukan kannn..
BalasHapusklo menurut saya sie...itu benar mereka terutama yg klip video cut tari ....hehehehehe ~__~ ku nonton bkn maksud nafsu lho hanya ingin membuktikan wajah n suaranya az ^o^
BalasHapusGak mau ngaku lagi haha..Peterporn!
BalasHapusaku juga percaya 100% klo itu asli mereka pelakunya.. hehehe (jadi ketahuan nih klo habis nonton juga..:D)
BalasHapusTerlepas dari pemerannya apakah memang benar itu ariel, luna maya ataupun cut tari tapi itu cukup membuat nama bangsa kita terkenal bukannya dari prestasi baik tapi film pornonya. Semoga yang berbuat bisa dibukakan pintu hatinya untuk bertobat dan kembali ke jalan-Nya.
BalasHapusadanya kasus ini membuat masyarakat secara tidak sadar mengkonsumsi hal negatif....
BalasHapusSemoga saja tiap orang mendapatkan pelajaran bermakna dari peristiwa ini.
Cape juga denger berita ini tiap pagi....
Jawaban hari ini! Kita tunggu sambil mendengarkan musik!
BalasHapussangat disayangkan jk "BENAR" mrk pelakunya.. apalagi utk ariel yg rencananya akan merilis album mereka dg nama band baru pula akhir juli..
BalasHapusgk tau ahh, hehehe
wah yang ini gk saya sangka,,
BalasHapusternyata mereka bermain di belakangku..
TEGANYA SUNGGUH TEGANYA..
bener gak bener yg pasti sudah banyak yg menikmati...so...ngapain pake berdalih segala...tinggal bilang ya atau tidak...itu saja
BalasHapusbeberapa minggu jadi sorotan media mungkin membuat mereka jadi "kebal". atau karena tuntutan pekerjaan yang membuat mereka menjadi terbiasa untuk melakukan akting. how know?
BalasHapus