Buaya vs Buaya-buaya
seperti biasa saya terlalu asyik untuk sekedar berkomentar menanggapi berita-berita yang terjadi di tanah air kita,saking asyiknya dengan dunia saya sendiri terkadang lupa bahwa saya harus melakukan kewajiban yang lain..ya blog walking (BW),akhir-akhir ini jam BW saya sedikit berkurang,alasanya ya karena itu tadi,jadi saya mohon maaf kepada sahabat bloger semua yang sudah mampir disini tapi saya belum sempat mampir balik,tapi percayalah nanti pasti kalau waktu sudah luang pasti saya akan datangi sahabat semua,karena hanya dengan cara BW dan berbalas komentlah blog ini akan tetap ngexis..
lanjut..
Mulai jam setengah lima sore sampai malam (19/03/'10)saya memelototi TV gara-gara ulah mantan Bareskrim Jenderal (Polisi) Susno Duaji (SD). Saya seperti membaca posting yang saya tulis sebelumnya: bahwa SD bakal menghadapi seluruh slagorde Polri dan akan dianggap sebagai mencemarkan lembaga penegak hukum dan keamanan negara tersebut. Siaran TV yang saya tonton, khususnya Metro TV dan TV One, masing-masing membeberkan siaran pers Polri yang mengcounter habis pernyataan pers SD sehari sebelumnya yang menyebut beberapa inisal di Mabes Polri sebagai Markus.
Bukan saja Polri buka-bukaan dalam menjelaskan kronologi kasus, tetapi juga diakhir siaran pers menyatkan akan menuntut SD secara hukum atas pencemaran dan penghinaan lembaga kepolisian negara tsb! Harus saya katakan bahwa baik pihak SD maupun Polri memiliki kekuatan dan kelemahan dalam perang argumen tersebut. Namun yang menurut hemat saya paling mengenaskan adalah prospek lembaga kepolisian negara setelah kasus ini dibuka dan dibawa di Pengadilan. Mengenaskan, karena kalau memang konflik para elit Polri ini mau dituntaskan sampai benar-benar tuntas, Polri sebagai lembaga justru akan mengalami moral hazard karena energinya akan dihabiskan untuk perang bintang yang, belum tentu juga, dapat memuaskan si pemenang (apalagi yang kalah).
Lebih parah lagi, institusi dan para anggota Polri di bawah akan ikut mengalami krisis kepercayaan publik manakala proses penuntasan tersebut menjadi arena pendiskreditan dalam skala massif. Tak pelak lagi, semakin rentanlah Polri terhadap ancaman dari luar dan makin lemah pula fungsi penegakan hukum yang dijalankannya! Terus terang saya jadi ikut-2an spekulatif: secara politis siapakah yang paling diuntungkan dengan krisis lembaga penjaga keamanan negara seperti Polri ini?
Mungkinkah kasus SD vs Mabes Polri ini hanya sekedar kemarahan pihak pertama karena dicopot dari posisi sebagai Bareskrim, ataukah ada sebuah Grand Scenario (skenario besar) yang lebih sinis yang akan mempengaruhi stabilitas politik dan keamanan negeri ini? Meminjam teori konspirasi, apakah kasus ini sebagai upaya menggeser Centurygate yang punya potensi tergerusnya elite penguasa dan para politisi?
Kaget juga saya, karena tahu-tahu sudah masuk ke dalam ranah yang paling tidak saya sukai yaitu teori konspirasi (yang di Republik ini kayaknya sangat subur!) Sambil menunggu proses pembongkaran kasus "buaya" vs "buaya-buaya" ini, saya hanya bisa berharap dan berdoa semoga para petinggi Polri tidak kebablasan terjebak dalam sebuah pusaran politik yang mereka tidak mempunyai keahlian untuk mengontrolnya. Boleh saja Polri memiliki berbagai macam keahlian dan peralatan canggih, tetapi politik bukanlah salah satunya.
Saya tidak sependapat dengan langkah yang ditempuh oleh SD, walaupun saya juga tidak bisa melarang, karena beliau memiliki hak penuh sebagai warganegara dan penegak hukum. Tetapi saya juga tidak setuju dengan cara Mabes Polri menghadapi anak buah yang "bandel" dengan cara yang konfrontatif dan keras, walaupun mungkin secara SOP organisasi memang hal itu diperkenankan. saya berpendapat bahwa persoalan ini bisa dicegah agar tidak semakin out of control apabila atasan tertinggi Polri, yaitu Presiden, ikut campur. Presiden perlu memberikan arahan agar SD dan Mabes Polri melakukan "cooling down" dan menyelesaikan masalah tanpa keributan di ruang publik.
Memang publik berhak tahu sampai di mana perkembangan masalah/kasus korupsi Rp 25 milliar yang disangkakan itu dan apa konklusinya. Namun hal itu tidak sama dengan saling melancarkan serangan dan serangan balasan di ruang publik yang ujung-ujungnya hanya membawa kerugian terhadap institusi Polri dan publik secara keseluruhan. Kalau Presiden sebagai atasan Polri secepatnya dapat menghentikan keramaian ini, sambil meminta penyelidikan dilanjutkan secara professional tetapi tenang, terukur, dan akuntabel, maka semua pihak yang bertikai akan mendapatkan solusi dan, yang terpenting, integritas Polri akan tetap terjaga dari ancaman keterpurukan.
Solusi seperti ini sudah pasti tidak akan membuat para konspirator berbahagia, bukan?
lanjut..
Mulai jam setengah lima sore sampai malam (19/03/'10)saya memelototi TV gara-gara ulah mantan Bareskrim Jenderal (Polisi) Susno Duaji (SD). Saya seperti membaca posting yang saya tulis sebelumnya: bahwa SD bakal menghadapi seluruh slagorde Polri dan akan dianggap sebagai mencemarkan lembaga penegak hukum dan keamanan negara tersebut. Siaran TV yang saya tonton, khususnya Metro TV dan TV One, masing-masing membeberkan siaran pers Polri yang mengcounter habis pernyataan pers SD sehari sebelumnya yang menyebut beberapa inisal di Mabes Polri sebagai Markus.
Bukan saja Polri buka-bukaan dalam menjelaskan kronologi kasus, tetapi juga diakhir siaran pers menyatkan akan menuntut SD secara hukum atas pencemaran dan penghinaan lembaga kepolisian negara tsb! Harus saya katakan bahwa baik pihak SD maupun Polri memiliki kekuatan dan kelemahan dalam perang argumen tersebut. Namun yang menurut hemat saya paling mengenaskan adalah prospek lembaga kepolisian negara setelah kasus ini dibuka dan dibawa di Pengadilan. Mengenaskan, karena kalau memang konflik para elit Polri ini mau dituntaskan sampai benar-benar tuntas, Polri sebagai lembaga justru akan mengalami moral hazard karena energinya akan dihabiskan untuk perang bintang yang, belum tentu juga, dapat memuaskan si pemenang (apalagi yang kalah).
Lebih parah lagi, institusi dan para anggota Polri di bawah akan ikut mengalami krisis kepercayaan publik manakala proses penuntasan tersebut menjadi arena pendiskreditan dalam skala massif. Tak pelak lagi, semakin rentanlah Polri terhadap ancaman dari luar dan makin lemah pula fungsi penegakan hukum yang dijalankannya! Terus terang saya jadi ikut-2an spekulatif: secara politis siapakah yang paling diuntungkan dengan krisis lembaga penjaga keamanan negara seperti Polri ini?
Mungkinkah kasus SD vs Mabes Polri ini hanya sekedar kemarahan pihak pertama karena dicopot dari posisi sebagai Bareskrim, ataukah ada sebuah Grand Scenario (skenario besar) yang lebih sinis yang akan mempengaruhi stabilitas politik dan keamanan negeri ini? Meminjam teori konspirasi, apakah kasus ini sebagai upaya menggeser Centurygate yang punya potensi tergerusnya elite penguasa dan para politisi?
Kaget juga saya, karena tahu-tahu sudah masuk ke dalam ranah yang paling tidak saya sukai yaitu teori konspirasi (yang di Republik ini kayaknya sangat subur!) Sambil menunggu proses pembongkaran kasus "buaya" vs "buaya-buaya" ini, saya hanya bisa berharap dan berdoa semoga para petinggi Polri tidak kebablasan terjebak dalam sebuah pusaran politik yang mereka tidak mempunyai keahlian untuk mengontrolnya. Boleh saja Polri memiliki berbagai macam keahlian dan peralatan canggih, tetapi politik bukanlah salah satunya.
Saya tidak sependapat dengan langkah yang ditempuh oleh SD, walaupun saya juga tidak bisa melarang, karena beliau memiliki hak penuh sebagai warganegara dan penegak hukum. Tetapi saya juga tidak setuju dengan cara Mabes Polri menghadapi anak buah yang "bandel" dengan cara yang konfrontatif dan keras, walaupun mungkin secara SOP organisasi memang hal itu diperkenankan. saya berpendapat bahwa persoalan ini bisa dicegah agar tidak semakin out of control apabila atasan tertinggi Polri, yaitu Presiden, ikut campur. Presiden perlu memberikan arahan agar SD dan Mabes Polri melakukan "cooling down" dan menyelesaikan masalah tanpa keributan di ruang publik.
Memang publik berhak tahu sampai di mana perkembangan masalah/kasus korupsi Rp 25 milliar yang disangkakan itu dan apa konklusinya. Namun hal itu tidak sama dengan saling melancarkan serangan dan serangan balasan di ruang publik yang ujung-ujungnya hanya membawa kerugian terhadap institusi Polri dan publik secara keseluruhan. Kalau Presiden sebagai atasan Polri secepatnya dapat menghentikan keramaian ini, sambil meminta penyelidikan dilanjutkan secara professional tetapi tenang, terukur, dan akuntabel, maka semua pihak yang bertikai akan mendapatkan solusi dan, yang terpenting, integritas Polri akan tetap terjaga dari ancaman keterpurukan.
Solusi seperti ini sudah pasti tidak akan membuat para konspirator berbahagia, bukan?
kayaknya ini sekuel kedua dari Petualangan Si Buaya.., setelah sukses dengan sekuel pertamanya Cicak Vs Buays..,
BalasHapusduit yang kasus century belum ketemu eh muncul lagi duit yang lain yang mesti dicari keberadaannya.., atau bisa juga uangnya udah di masak dan menguap ke udara.., ha ha ha :D
Ijin nyimak aja gan,,kayaknya pada rame ngehabas SD ,ane gak terlalu ngikutin beritanya. .
BalasHapushehehe. .
met sore ya gan.
Bener sob, makin seru ny ;-).,kita tnggu aj kelanjtanx..salam
BalasHapussangat susah untuk memberantas para markus dan para koruptor di negeri ini......karena akarnya sudah merambah dan membelit kemana mana......
BalasHapussebenarnya sangat mudah untuk menyelesaikan semua persoalan yang terjadi di berbagai bidang itu......kuncinya adalah ketegasan pimpinan.ini pendapat pribadi saya lho....
yah... lagi-lagi sebuah sinetron yang berlatar belakang kasus korupsi... sebenarnya para petinggi dan pejabat di negeri ini itu punya hati nurani apa nggak to, kok kasus-kasus semacam ini selalu saja terulang? Huh... jadi bosan karena ujung-ujungnya pasti bisa ditebak.... lebih baik mikirin hari ini bisa makan ato tidak daripada mikirin mereka yang hobinya cuma beramtem dan nggak pernah mikirin kesejahteraan rakyat...
BalasHapusngeri bacanyaa... engga tega nonton orang orang yang saling menjatuhkan..
BalasHapustapi mau nanya, kalau kata kata yang ini
Polri sebagai lembaga justru akan mengalami moral hazard karena energinya akan dihabiskan untuk perang bintang yang, belum tentu juga, dapat memuaskan si pemenang (apalagi yang kalah).
maksudnya apa?
buaya vs buaya ga seru, masih seru bunglon vs bunglon....
BalasHapusmampir ke tegal bro
coretanya bagus juga neh,,
BalasHapuscortan yang mndatangkan banyak makna,,
tapi kalau buaya Vs buayakan biasa,,
dan lagian yang rame kan cicak vs buaya,,
miris juga menyaksikan para petinggi polri saling baku hantam, semoga saja kejadian ini mendatangkan hikmah yang sebanding dengan kejadian2 besar yang serasa terus menerus menimpa negri ini, yang memmbuat yang benar kelihatan benar dan yang salah kelihatan salah, tidak ada yang tertutupi lagi (abu-abu).
BalasHapusPandi tetep yakin indonesia akan jauh lebih baik..
"Buaya vs Buaya-buaya"
BalasHapusAku suka judulnya kawand...
Kesiyan Bambang Danuri. Energinya lama-lama habis buat mengurusi beginian.
BalasHapusMenurut saya, daripada mengkonfrontasi SD, mendingan orang-orang yang dituduh itu melakukan kampanye positif sajalah. Bilang saja tuduhan makelar kasus itu tidak benar, buka kasusnya ke publik, beberkan prosedur apa yang sesungguhnya sudah dilakukan sampai-sampai hukuman para terdakwa bisa jadi ringan.
Sebenarnya, semakin banyak yang ditutup-tutupi, publik akan makin curiga dan sikap skeptikisme akan makin besar. Apalagi kalau dilawan dengan sikap konfrontasi.
cape de...
BalasHapusgak minat yang kaya ginian lagi sayag ada tipi lagi :) ga, karena dirumah sudah
gi jadi berita hangat ya brow.... menunggu pertarunganya aja...siapa yang kalah dan siapayang menanh eh salah siapa yang benar siapa yang salah
BalasHapushello sobat,,
BalasHapuskunjungan utin neh,,
mantab banget
Berkunjung ke blog milik blogger pemalang
BalasHapussya gak ngerti apa2 tentang artikel ini... but it's nice... kunjung balik ke blog saya ya....komen juga artikel saya
BalasHapusYah, dengan berita yang diulas di berbagai stasiun tv, semoga membantu penyelesaian kasus ini. Tidak baik jika makin berlarut-larut. dan tentu prinsi kebenaran dan keadilanlah yang didambakan rakyat.
BalasHapuscapek ngikutinnya.. mendingan dengerin atau baca Al-Qura'n
BalasHapusSetelah SD menjadi sang tersangka, kini Polisi harus segera melakukan upaya memperbaiki citra dengan semakin serius menangani masalah korupsi. Masyarakat mungkin masih bisa memahami kenapa SD menjadi tersangka dan tampaknya tidak ada gejolak serius yang mirip kasus "cicak" vs "buaya" dulu, kendati sang buaya kini mencoba bermetamorfosa menjadi cicak. Logika publik tampaknya belum bisa bergeser dengan mudah seperti yang diharapkan oleh SD dan para pendukungnya, seolah-olah dengan bernyanyi dan melemparkan tuduhan kepada para sejawatnya di Mabes Polri dan bareskrim, lantas semuanya akan menggelinding menjadi pembelaan terhadap dirinya..
BalasHapusKita ikuti saja bagaimana squad Pak Bambang Hendarso Danuri ini akan bergerak untuk memuaskan rasa keadilan publik. Kecurigaan publik yang telah begitu tebal terhadap keberadaan praktik-praktik haram dalam tubuh elite Polri
mungkinkah ada yang mengail di air keruh...? saya setuju kalau pertikaian ini diselesaikan secara profesional... jangan saling mengcounter dengan adu otot dan saling ngotot... rakyat jadi bingung... dan semakin apatis... lembaga yg seharusnya menegakkan hukum malah amburadul. Secara profesional ini bisa diselesaikan dengan baik dan transparan... Polri harus bijak melihat, mendengar, menyikapi dan memproses kasus ini dengan benar sampai tuntas. Polri berwibawalah...
makasih smua,,,
hai, pr 3 here can we exchange link ?
BalasHapusGuys,
BalasHapusSupport The Earth Hour, by turning off all the electricity for an hour on Saturday, March 27'th 2010, 8.30 pm.
Dukung The Earth Hour, dengan mematikan semua lampu dan listrik selama 1 jam, pada hari Sabtu, 27 Maret 2010 mulai dari jam 20.30 malam.
This is the least we can do....
Love the Earth...
Ninneta
penikmat berita juga yah mas aan, kalau rizky mah jarang dan hampir g pernah lihat beti2 di tv, apalagi berita politik cp dech
BalasHapuswah...dulu buaya VS cicak. skrg buaya VS buaya (ga VS ma aligator aja skalian) asiiiiiik... makin seru aja daripada sinetron
BalasHapusya beginilah politik dinegara kita. mas bisa pusing jadinya deh kalau kita pikir gak dipikir juga udah mumet. :d salam sukses
BalasHapusalaaaaaaaah...emang SD gak kecipratan...doi kan cuma sakit ati aja udah dicopot dr jabatan n ditendang dari kesatuan...lebih cocoknya "maling teriak maling"....AMPUN PEMERINTAAAAAAAAAAAAAAH
BalasHapussemoga saja apa yang disuguhkan oleh SD adalah suatu kebenaran belaka dan bukan sekedar "ramai" belaka.
BalasHapusngikutin perang orang2 gedhe bikin pusing aja.. muter2 mlulu.. lama ga kelar2..
BalasHapusmampir yukk.. aku kasih tugas..hehehe
BalasHapussinggah di sini dulu aja baca2 buaya VS buaya-buaya
BalasHapuskayaknya makin ribet aja nih urusan negara....
BalasHapusbelom lagi rakyat miskin yg gak terurus...
bayangin duit bermiliar-miliar itu bagaimana ya....? dari jumlah nolnya hingga berapa kwintal ketika di buat recehan seratus rupiah..? Wah, jadi tambah bingung aku saat ada konspirasi-konspirasi. gak mudeng
BalasHapus