Meski Ditolak, Pemerintah Tetap Ngotot Naikkan TDL
sebelumnya saya mau konfirmasi dulu,kenapa tiba2 saya ganti templte,alesanya adalah karena templte sebelum ini sidebar yg tadinya di sebelah kiri tiba2 mlorot jadi dibawah postingan,saya perbaiki sesuai petunjuk mas doyok tapi tetep ngga bisa2,akhirnya jalan satu2nya adalah dengan "meresafel" templte yang lama,toh hak prerogratif sepenuhnya pada saya.bagi saya kalau sesuatu susah di perbaiki jalan satu2nya ya ganti ajaah...*gitu aja kok repot*
lanjutttt...
Saya tidak tahu, apakah Pemerintah semakin pede atau semakin "out of touch" dengan realitas yang dihadapinya. Belum lagi urusan Bank Century kelihatan ujungnya, apakah damai atau kacau, kini sudah ancang-ancang dengan dua front: urusan APBN dan TDL. Bisa saja Pemerintah merasa sangat pede. Pasalnya, soal TDL ini kendat...i sudah ditolak oleh para korporat, apalagi rakyat kecil, toh Pemerintah tetap bergeming. Alasan yang dipakai Menteri ESDM lagi-lagi "no brainer" alias tidak bermutu, yaitu bahwa "TDL yang diterapkan sekarang terlampau rendah dan jauh dari harga keekonomian." Sang Menteri saya kira belum memahami benar kedudukannya : apakah sebagai pelayan masyarakat atau sebagai pedagang sehingga yang dijadikan alasan adalah faktor"keekonomian" saja.
Bahkan, menurut Menteri yang namanya susah diapalkan ini, Darwin Zahedy Saleh (DZS), "rencana kenaikan TDL 15 persen pada bulan Juli bukan semata-mata karena subsidi yang kurang." Nah, belum apa-apa sudah tabrakan dengan Dirut PLN, Dahlan Iskan (DI), yang bilang bahwa alasan TDL naik adalah mengurangi subsidi!
Bagaimana sebuah negara yang begini besar diatur oleh para penyelenggara yang dalam sehari saja sudah berbeda pendapat dalam masalah strategik. Kalau dilihat dari hierarki wewenang, mestinyta DZS lebih "powerful" ketimbang DI. Tapi dari sisi pelaksana kebijakan, tentu DI lah yang akan langsung berhadapan dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) dan konsumen listrik pada umumnya. kalau kedua orang yang membawahi dua institusi strategik ini saja sudah "belepotan" dalam memberi alasan, bagaimana nanti dalam pelaksanaan riilnya?
Menteri ESDM, tanpa malu-malu bicara soal jual-beli listrik. Dia bilang, "kita harus melihat kenaikan TDL ini secara profesional. Saat ini kita naikkan TDL agar suatu saat nanti harga jual listrik sampai pada keekonomian.” Jadi dalam benak sang Meneteri, peduli amat soal pelayanan, soal byar pet, soal masyarakat di Luar jawa tiap hari mati lampu. Peduli amat bahwa PLN sekarang, konon, adalah singkatan dari "Perusahaan Lilin Negara." Peduli amat bahwa yang sekarang terjadi di Republik ini bukan "pemadaman" listrik berkala, tapi "penerangan" listrik berkala. Peduli amat! Yang menjadi obsesi DZS adalah apakah listrik ini secara ekonomis dapat diperjual belikan. Dan siapa yang jadi pikiran beliau? Rakyat? Tebak sekali lagi! Investor luar! Coba anda simak alasan Pak Menteri. Kalau keekonomian (the economy of scale )terpenuhi maka, katanya, "para investor akan tertarik berinvestasi di sektor listrik. Tidak seperti saat ini, banyak investor yang tidak mau menanamkan modalnya dengan alasan bisnis listrik kurang menguntungkan." Skakmat! Dalam pikiran beliau tidak ada urusan sama sekali dengan masalah kemiskinan, ketertinggalan, pelayanan yang amburadul, dst. dsb. yang ada adalah "laba atau rugi".
Maka, kalau kemudian pemerintah Pak SBY dituduh banyak pihak sebagai Pemerintahan Neo-lib yang abai terhadap kepentingan rakyat kecil dan memihak investor asing, jangan pula merasa dilecehkan. Lha wong Kementerian yang mestinya tahu betapa vitalnya energi listrik bagi kehidupan rakyat banyak saja begini cara berpikirnya, apalagi Dirut PLN nya yang jelas-jelas punya kaitan dengan bisnis power plant. Pemerintahan yang makin jauh dengan kepentingan dari rakyat yang mestinya dilayani, pasti akhirnya juga akan ditinggalkan. Saya hanya berdoa, semoga saja ketika rakyat nanti meninggalkan si pemerintah, perpisahan tersebut berlangsung dengan baik-baik saja, dengan mulus dan rapi. Kalau perpisahan itu tak mulus, apalagi rusuh, maka rakyat juga yang akan jadi korbannya. Sebelum itu terjadi, Pak Menteri ESDM, sadarlah...!
sebagai komentar untuk rakyatmerdeka.co.id
lanjutttt...
Saya tidak tahu, apakah Pemerintah semakin pede atau semakin "out of touch" dengan realitas yang dihadapinya. Belum lagi urusan Bank Century kelihatan ujungnya, apakah damai atau kacau, kini sudah ancang-ancang dengan dua front: urusan APBN dan TDL. Bisa saja Pemerintah merasa sangat pede. Pasalnya, soal TDL ini kendat...i sudah ditolak oleh para korporat, apalagi rakyat kecil, toh Pemerintah tetap bergeming. Alasan yang dipakai Menteri ESDM lagi-lagi "no brainer" alias tidak bermutu, yaitu bahwa "TDL yang diterapkan sekarang terlampau rendah dan jauh dari harga keekonomian." Sang Menteri saya kira belum memahami benar kedudukannya : apakah sebagai pelayan masyarakat atau sebagai pedagang sehingga yang dijadikan alasan adalah faktor"keekonomian" saja.
Bahkan, menurut Menteri yang namanya susah diapalkan ini, Darwin Zahedy Saleh (DZS), "rencana kenaikan TDL 15 persen pada bulan Juli bukan semata-mata karena subsidi yang kurang." Nah, belum apa-apa sudah tabrakan dengan Dirut PLN, Dahlan Iskan (DI), yang bilang bahwa alasan TDL naik adalah mengurangi subsidi!
Bagaimana sebuah negara yang begini besar diatur oleh para penyelenggara yang dalam sehari saja sudah berbeda pendapat dalam masalah strategik. Kalau dilihat dari hierarki wewenang, mestinyta DZS lebih "powerful" ketimbang DI. Tapi dari sisi pelaksana kebijakan, tentu DI lah yang akan langsung berhadapan dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) dan konsumen listrik pada umumnya. kalau kedua orang yang membawahi dua institusi strategik ini saja sudah "belepotan" dalam memberi alasan, bagaimana nanti dalam pelaksanaan riilnya?
Menteri ESDM, tanpa malu-malu bicara soal jual-beli listrik. Dia bilang, "kita harus melihat kenaikan TDL ini secara profesional. Saat ini kita naikkan TDL agar suatu saat nanti harga jual listrik sampai pada keekonomian.” Jadi dalam benak sang Meneteri, peduli amat soal pelayanan, soal byar pet, soal masyarakat di Luar jawa tiap hari mati lampu. Peduli amat bahwa PLN sekarang, konon, adalah singkatan dari "Perusahaan Lilin Negara." Peduli amat bahwa yang sekarang terjadi di Republik ini bukan "pemadaman" listrik berkala, tapi "penerangan" listrik berkala. Peduli amat! Yang menjadi obsesi DZS adalah apakah listrik ini secara ekonomis dapat diperjual belikan. Dan siapa yang jadi pikiran beliau? Rakyat? Tebak sekali lagi! Investor luar! Coba anda simak alasan Pak Menteri. Kalau keekonomian (the economy of scale )terpenuhi maka, katanya, "para investor akan tertarik berinvestasi di sektor listrik. Tidak seperti saat ini, banyak investor yang tidak mau menanamkan modalnya dengan alasan bisnis listrik kurang menguntungkan." Skakmat! Dalam pikiran beliau tidak ada urusan sama sekali dengan masalah kemiskinan, ketertinggalan, pelayanan yang amburadul, dst. dsb. yang ada adalah "laba atau rugi".
Maka, kalau kemudian pemerintah Pak SBY dituduh banyak pihak sebagai Pemerintahan Neo-lib yang abai terhadap kepentingan rakyat kecil dan memihak investor asing, jangan pula merasa dilecehkan. Lha wong Kementerian yang mestinya tahu betapa vitalnya energi listrik bagi kehidupan rakyat banyak saja begini cara berpikirnya, apalagi Dirut PLN nya yang jelas-jelas punya kaitan dengan bisnis power plant. Pemerintahan yang makin jauh dengan kepentingan dari rakyat yang mestinya dilayani, pasti akhirnya juga akan ditinggalkan. Saya hanya berdoa, semoga saja ketika rakyat nanti meninggalkan si pemerintah, perpisahan tersebut berlangsung dengan baik-baik saja, dengan mulus dan rapi. Kalau perpisahan itu tak mulus, apalagi rusuh, maka rakyat juga yang akan jadi korbannya. Sebelum itu terjadi, Pak Menteri ESDM, sadarlah...!
sebagai komentar untuk rakyatmerdeka.co.id
benar2 surprise bisa no.1 disini ...
BalasHapusPak Menteri tidak salah sahabat memang TDL itu sangat bahkan sangat2 rendah dan jauh dari tingkat perekonomian Sang Menteri yang serba wah .... he3xxx, tapi lakau ukurannya rakyat kebanyakan, yang sekarang saja sudah mahal sobat.
BalasHapusPemerintah memang kurang peka terhadap kebutuhan rakyatnya.
BalasHapusSadarlah!!! hahaha... nice post kawand...
BalasHapusrasa2nya kabinet yang sekarang makin ga becus ngatur negara..., tapi anehnya kok rakyat adem ayem ya. mereka yang nyoba2 usil nyuarakan rakyat malah di sindir jadi anarkis..., doh doh...
BalasHapuswah,gak ngerti masalah ginian gan,numpang mejeng aja. .
BalasHapussore sahabat,
BalasHapuswah ngomong soal politik saya kurang ngerti nee,,,
tp berusaha ngerti dikit ah,,
hehee..
kasihan rakyat miskin,kalo TDl naik.palagi bagi usaha kecil menengah...
PLN, perusahaan lilin negara..
lucu juga,,heheh
BTW, template baruna oke juga,,
perusahaan negara saja bisa rugi ya??? atau karena kebanyakannya tikusnya kalee, hehehe
BalasHapusbakal terbebani lagi rakyat ini ya???
BalasHapusTadinya aku pikir salah masuk rumah...
BalasHapuslanjut..
ngomong2 soal beginian suka bikin pusing..
amit2 deh.. pokoknya aku sebagai warga negara yang belum 100% baik mungkin hanya bisa berdoa semoga semua yang terjadi dalam negeri ini adalah kebaikan...
pusing...
semoga pemerintahan kita bisa menjamin kehidupan rakyatnya sejahtera aja deh...
BalasHapussebenranya g masalah sih TDL naik cuma kualitas juga harus bagus, TDL naik, listrik tetep byar pet y pastinya d tolaklah
BalasHapusgk peduli dgn rakyat sob pemerintahnye
BalasHapusTDL apaan sih?
BalasHapuslistrik janganlah kau terbang tinggi2.. apalagi terus-terusan dekat2 dengan si lilin, mana tahan.. pandi optimis, listrik bisa jadi mudah.. ga susah..
BalasHapusharusnya kalo mo naek,,naek aja ngga' usah banyak polemik..hehe
BalasHapusmakasih semua..
met pagii slmat hr minggu ya,
ketika menaikkan TDL Pak Mentrinya langsung proakftif dan mengajak kita untuk melihatnya secara profesional, tapi ketika Listrik byar pet ... tidak ada kata2 profesional ...
BalasHapuswah menarik sekali artikelnya :)
BalasHapussobat berbakat ni jadi kolumnis. dengan ini mata saya makin terbuka dgn gonjang-ganjing masalah TDL. Ooh ternyata begitu to..wah parah donk kalo di tingkat atasnya saja sudah belepotan, gimana kita sebagai pemakai, yang notabene bakal yang kena imbasnya langsung?
lha koq bahasnya tentang investor, kenapa ngga pake tenaga sendiri? apa memang sengaja disetir buat kepentingan sendiri/golongan?
ruwet bin mumet saya dibuatnya. apa ini imbas dari sistem pendidikan kita, jadinya menghasilkan pejabat2 model gini?
only God knows why...
-_-_-_-_-_-_-Cosmorary-_-_-_-_-_-_-
BalasHapusAssalamualaikum,
*******Salam ‘Blog’!!*******
Mampir ke blog sahabat, lagi,,,,
Kunjungan di hari minggu yang damai….
Salam kenal mas,,,,
Kunjungan perdana...blognya ciamik
Wah semuanya serba naik ya...
Nanti listrik naik,,otomatis semuan ya juga naik..
Tapi gaji wiraswasta ga naik2..hehehehe
Templatenya bermasalah ya....tp selamat ya, sdh berhasil ganti template...tp sy lupa template AAN sblmnya....
BalasHapusTemplate saya jg bermasalah dgn tampilan posting di home, di setting 7 posting tp yg tampil hanya 4 posting pada home...blm ada yg bs memecahkan masalah sy ini
Maaf ya komentnya hanya seputar template
kunjungan balik sobat{{
BalasHapussalam sobat
BalasHapuswah ganti lagi templatenya nich,,
tambah keren mas,,
TDL ditolak,,tetap ngotot dinaikkan,,
ya kebiasaan..
tepuk tangan semua, angkat kaki kedua, berdiri dengan tegak balik kanan serempak..
BalasHapusbakar PLN
wah,blognya cantik dan rapi
BalasHapusoh ya,selagi blog walking sekalian mo ngasih info di 'membuat tag pada blogger',klo mo nyumbang dollar juga boleh,hihhi..klik disini untuk kebaikanmu dan kebaikanku,aaalah :D
saya tunggu kunjungan baliknya ya,keep blogging!
Dasar keras kepala !! ga liat penderitaan rakyat kecil apa ?!... huh..
BalasHapusnice info...
BalasHapusterus berkarya untuk negeri sob