Menyikapi pengamen
hari sedang minggu,tiba-tiba di depan rumah ada seorang pengamen,mirip ariel peterpen kalo di tipi,tapi ini bukan di tipi jadi ngga mirip katanya,saya yang sedari tadi sedang memotong tanaman,tetap di sana,diam membisu tidak bergerak sama sekali,asli serius!mungkin dalam pikiran si pengamen,ini orang apa patung? ini hanya sepenggal tulisan H Pidi Baiq dalam kumpulan catatan harianya,tentunya ngga persis seperti itu tulisanya,karena saya cuma mengira-ngira yang penting intinya seperti itu.
Pernahkah rumah Anda didatangi pengamen? Bagaimana perasaan Anda terhadap mereka? Bagaimana sikap Anda terhadap mereka?
waktu itu hari sedang minggu juga,sedang asik istirahat siang,tiba-tiba gonjrang ganjreng gonjrang suara gitar mengalun dengan "cemprengnya" di ikuti suara tidak merdu sama sekali,lagu ST 12 yang membikin perut saya mual mengiringi langkahku untuk keluar kamar,kusuruh ponakanku untuk menyerahkan koin 500 kepada pengamen itu,tidak diduga dan tidak dinyana-nyana pengamen itu melempar keping uang lima ratus rupiah itu sambil ngomel-ngomel ngga' jelas dan pergi.
saya merasa sikap yang dilakukan pengamen itu sebuah penghinaan (maaf),bagaimana jadinya kalo nanti tiba-tiba sikap saya berubah menjadi "bertekad' menjadi kaya,sehingga sekecil apapun uang yang saya taruh itu bernilai besar,bukankah uang besar berasal dari uang kecil-kecil yang terkumpul?
Kemudian, kenapa pengamen tersebut membuang uang lima ratus rupiah? Mungkin karena pengamen juga merasa terhina karena tampangnya yang ganteng, genjrengannya yang ciamik, dan suaranya yang nyaring hanya dihargai lima ratus perak.Pengamen, sesungguhnya adalah penghibur. Mereka datang di rumah kita untuk menawarkan jasa dan kemampuannya menyayi untuk menghibur hati kita yang mungkin sedang gundah gulana dihimpit tagihan.
Pengamen sebenarnya sejajar dengan penyayi-penyayi kafe, orkes melayu, grup band, yang berusaha menawarkan jasa hiburannya. Hanya tempat dan upahnya saja yang berbeda. Upah inilah yang jadi biang masalah. Jika penyayi panggung dan group band upahnya sudah jelas dan disepakati di awal pementasan, tidak demikian halnya dengan pengamen. Tarifnya tidak jelas. Mereka dibayar tergantung sisa receh di dalam saku dan sesuai keikhlasan 'pemirsanya'.
Keprofesionalan adalah hal yang membedakan antara pengamen dengan profesi penghibur yang lain. Seringkali pengamen tidak hafal satu lagupun, hanya mengulang-ulang reff melulu. Mereka seakan mengamen hanya ingin mencari uang dengan mudah tanpa bekerja lebih keras. Tapi tentu saja, tidak semua pengamen demikian, ada juga pengamen yang profesional, menyanyi dengan sungguh-sungguh, dengan kualitas sajian yang sungguh-sungguh pula.
Bagaimana menyikapi pengamen? Mari kita menyikapi pengamen sebagaimana mereka menampakkan dirinya. Pengamen seringkali menampakkan dirinya antara sebagai penghibur, pengemis, dan preman.
Pengamen profesional kita hargai keprofesionalannya, yang bermental pengemis kita hargai usahanya, tapi yang pengamen yang preman kita hargai apa??
Pernahkah rumah Anda didatangi pengamen? Bagaimana perasaan Anda terhadap mereka? Bagaimana sikap Anda terhadap mereka?
waktu itu hari sedang minggu juga,sedang asik istirahat siang,tiba-tiba gonjrang ganjreng gonjrang suara gitar mengalun dengan "cemprengnya" di ikuti suara tidak merdu sama sekali,lagu ST 12 yang membikin perut saya mual mengiringi langkahku untuk keluar kamar,kusuruh ponakanku untuk menyerahkan koin 500 kepada pengamen itu,tidak diduga dan tidak dinyana-nyana pengamen itu melempar keping uang lima ratus rupiah itu sambil ngomel-ngomel ngga' jelas dan pergi.
saya merasa sikap yang dilakukan pengamen itu sebuah penghinaan (maaf),bagaimana jadinya kalo nanti tiba-tiba sikap saya berubah menjadi "bertekad' menjadi kaya,sehingga sekecil apapun uang yang saya taruh itu bernilai besar,bukankah uang besar berasal dari uang kecil-kecil yang terkumpul?
Kemudian, kenapa pengamen tersebut membuang uang lima ratus rupiah? Mungkin karena pengamen juga merasa terhina karena tampangnya yang ganteng, genjrengannya yang ciamik, dan suaranya yang nyaring hanya dihargai lima ratus perak.Pengamen, sesungguhnya adalah penghibur. Mereka datang di rumah kita untuk menawarkan jasa dan kemampuannya menyayi untuk menghibur hati kita yang mungkin sedang gundah gulana dihimpit tagihan.
Pengamen sebenarnya sejajar dengan penyayi-penyayi kafe, orkes melayu, grup band, yang berusaha menawarkan jasa hiburannya. Hanya tempat dan upahnya saja yang berbeda. Upah inilah yang jadi biang masalah. Jika penyayi panggung dan group band upahnya sudah jelas dan disepakati di awal pementasan, tidak demikian halnya dengan pengamen. Tarifnya tidak jelas. Mereka dibayar tergantung sisa receh di dalam saku dan sesuai keikhlasan 'pemirsanya'.
Keprofesionalan adalah hal yang membedakan antara pengamen dengan profesi penghibur yang lain. Seringkali pengamen tidak hafal satu lagupun, hanya mengulang-ulang reff melulu. Mereka seakan mengamen hanya ingin mencari uang dengan mudah tanpa bekerja lebih keras. Tapi tentu saja, tidak semua pengamen demikian, ada juga pengamen yang profesional, menyanyi dengan sungguh-sungguh, dengan kualitas sajian yang sungguh-sungguh pula.
Bagaimana menyikapi pengamen? Mari kita menyikapi pengamen sebagaimana mereka menampakkan dirinya. Pengamen seringkali menampakkan dirinya antara sebagai penghibur, pengemis, dan preman.
Pengamen profesional kita hargai keprofesionalannya, yang bermental pengemis kita hargai usahanya, tapi yang pengamen yang preman kita hargai apa??
ragam mengamen (gbr hanya ilustrasi) sumber : disini |
:26 saya pernah kasih seribu .... e dia marah dan minta lima ribu, kutunjukkan donat jualan teman saya, coba lihat donat ini harganya lima ratus dan saya dapat seratus sudah empat jam baru laku satu berarti baru dapat seratus rupiah, sampaian gak selesai ngamen tak kasih seribu ... kok marah!
BalasHapusKadang gitarnya tetap orangnya yang ganti!
Buat pengamen jadilah pengamen yang santun, karena saya yakin saat ini ada pengamen yang blogwalking karena hidup hematnya dan ingin merubah kehidupan yang lebih baik!
Hari sabtu dan minggu di komplek rumahku banyak yg ngamen kadang aq kasih bahkan cuma 200 perak dan mereka ngga marah tetep bilang terima kasih. Di bis waktu aku masih naik bis cikarang uki..pengamennya bagus2 suaranya dan gak ada yg marah biar dikasih berapapun. Berarti pengamen yg marah dikasih gope atau seceng itu preman lha blm ada kontrak sebelumnya toh...:61
BalasHapusyah hal seperti ini memang susah buat di luruskan, sikap mereka yg keras mungkin dikarenakan kehidupan mereka yg keras dijalanan. jd ya mau gimana lg...:46
BalasHapusAku sampe pengen les biola lho gara2 pengamen yang pake biola waktu naik bis agra mas cikarang-uki....
BalasHapus:44
@ nuansa pena,pengamen "jenis itu"yang kadang ngeselin,Tak semua Pengamen itu berkonotasi jelek cuman sayangnya Pengamen yang bener bener mencintai professinya dan bukan karena kepepet hanya segelintir..
BalasHapus@ Reygha,,iya mba kalo jalur UKI dan sekitarnya bagus2 pengamenya,,maksudnya nyanyinya enak di denger tp di daerah itu susah di bedakan mana preman n mana pengamen,,
@ Lifstle,inilah efek dari modernisasi dan industrialisasi,,(ceilah)
tentu kita tak bisa memvonis secara sepihak jika itu di jadikan sebuah profesi....
memang keadaan ekonomi sekarang ini sedang carut marut tak karuan. tak tau siapa yang seharusnya bertanggungjawab, siapa pula yang layak disalahkan. namun jika kita pandang dari segi kelayakan hidup manusia...
siapa mau jadi pengamen atau siapa pula yang mau bercita2 menjadi pengemis(peminta-minta)...
keberadaannya memang seringkali menimbulkan keresahan, apalagi jika kita sedang tak menginginkannya...
:27
emang kadang ngeselin banget yah ?! kadang sehari bisa sampe 3-4 pengamen lho dirumahku, klo suaranya enak sih gpp cukup menghibur, lha ini suaranya kurang dari pas2an, cempreng lagi, main gitarnya aja ga karuan suaranya, jalan sendiri2 sm vokalnya..
BalasHapusDan yg lbh ngeselin tuh ya, klo pas ga punya uang kecil, aku bilang "lewatin aja mas" eh.. dia dengan cueknya tetep aja bernyanyi, pura2 ga dengerin suaraku.. ya udah, aku cuekin aja sampe dia pergi sendiri... hehehe
An, maksudnya buku tamu tuh shout mixnya yah...ganti gimana ajarin dong nih emailku yayan.fariasih@yahoo.com...aku tunggu tutorialnya...:46
BalasHapusH Pidi Baiq itu apaan sih mas ?
BalasHapus@ Lina,,iya mba kalo kita kasih 500 sehari lima kali sebualan udah berapa..,,Hpidi Baiq di klik aja tuh,,luccuuu loh orangnya,,hehe
BalasHapus@ Reyga,udah mba cek inbok yap..
:14
hidup emang punya warna yang beragam...ya mereka cari makan kita juga cari makan..yg pntg lo sopan kita juga segan ya gak sob..???
BalasHapusaduuhh.. pengamen itu ada yang aneh di daerahku kawan.Akun kasih 100 perak terus uangnya dilempar ke jalan.Sangat tidak menghargai ya
BalasHapusTapi kalau saat ini pengamen identik dengan preman...
BalasHapuskalau pakde ini sangat alergi yang namanya pengamen ., gimana gak sebel kita sudah merasa kasihan eh gak taunya hasil ngamen dibuat mabok dan bikin resek lagi pas pakde lewat dan ingat sama wajah pengamen itu, parahnya lagi dia godain ponakan pakde yang cewe'
BalasHapusjadi sebel deh sama yang namanya pengamen
wah...pengamen jaman sekarang...perlu dikasih pembelajaran kali ya...
BalasHapusitu bener-bener pengamen kah? bener niatnya mau ngamen ? kok malah bikin repot yg di rumah?
BalasHapuswah kalo yg begitu dah ga sopan bgt, aku juga pernah ngalamin kaya gt. kadang jadi males mo ngasi
BalasHapusOya bro ada award yah.... kalo berkenan di rampok aja ya
http://cozyeslife.blogspot.com/2010/02/apel-dan-kanker.html
yang sering terjadi adalah pengamen itu bukan menghibur tapi justru mengganggu waktu istirahat terlebih datangnya seringkali tengah hari.
BalasHapusya dari jiwa pengamennya juga, memang sering begitu, pikiran utama mereka ..cari makan, bukan nyeni...
BalasHapusMungkin sebaiknya ada aturan tentang pengamen,...
BalasHapuskalau ditempat saya yang namanya pengamen belum ada...
@ kian choi,,iya lo jual gue beli,,hehe
BalasHapus@ tomo,,walo sedikit itu nilai rupiah jg kan?
@ Rock,,tapi tidak semua lah,,ada yg bener2 berjiwa seni kok,,*kaya' yang tau seni aja*
@ Pakde..waah turut prihatin pakdee,,hikz
@ Rozitah,,sbnarnya bnyak pelajaran yg bisa kita ambil dari mereka (pengamen),sayang mereka kurang menghargai profesi mereka sendiri..
@ Hendriawan,,niat baik dari rumah untuk datang ngamen tidak diiringi dengan ikhtiar yg nyata di lapangan,,ujung2nya mnjd "pengamen yang preman" atau "preman yang ngamen?"
@ richo,makasih awardnya
@ Jhonson,,iya pak mengganggu privasi orang,,hehe
@ arya devi,keadaan ekonomi jg berpengaruh,lapangan kerja yg semakin menyempit,padahal kalo di negara tetangga pengamen itu "seniman yang sangat di hormati"
@ Setiawan,,iya pak ini masalah kita semua,masalah sosial aturanya sederhana menurut gw bikin papan pengumuman di setiap rumah "SILAHKAN NGAMEN,GRATIS KOK"
hapyy long weekend all makasih udah pada mampirr,,
:34
huahahhaha
BalasHapusbener tuh,yulia juga pernah dapat pengalaman digituin pengamen,.,,
klo pengamen favorit yulia yang pake biola
aku paling suka pengamen Bandung yang pakek biola
dih jadi pengen ke bandung
ini cara menyikapi pengamen yang cerdas..tapi pngamen di indonesia ndak bisa di kasih hati....banyak dari mereka yang memiliki sambilan nyopet dan ngutil....ndak tau juga sih apa yang buat mereka terjerumus begitu dalam....banyak dari teman saya yang jadi pengamen dan saya akrab dengan dunia jalanan seperti itu.....oh ya ini kunjungan balasan sobat....makasih yah..... :13
BalasHapusaku suka ma pngamen saat aku gi booring bwat ngibur...
BalasHapushah...
BalasHapuspreman... atut ikz..
aq lebih menghargai pengamen, dengan kreatifitas, dengan kemampuannya ia mencari uang dari rumah ke rumah lain dari pasar kepasar lain walaupn yg didapatnya g seberapa, daripada masih muda tp jdi pengemis
BalasHapusRenungkan Wahai Sahabat Ku
Selamat pagi sobat... Happy blogging.. Have a nice day..
BalasHapusmet pagi sahabat,, hadir yaa,,,
BalasHapusblogging lagi.
kalao pengamen tmpatku di riau,
kasih seribu, bakalan ditolak,,
paling 5000an,,
hihi,, aneh yaa,,
pengamen bayak maunya,,
jadi inget masa kuliah dulu sam...buat makan biasanya gw ngamen ama temen-temen...komplit biasanya 5 orang, ada yg bawa gitar, biola, jimbe, bas betot...kami cuman ngamen tuk mengasah mental kami...dikasih sukuuuuur gak dikasih gak papa...
BalasHapuslaah di jakarta banyak pengamen gak jelas apalagi di bus2 kota hihi..
BalasHapusmales banget deh saya apalagi yg berdandan ala punk gitu haduh udah serem, kadang maksa pula. Apalagi saya juga gak tau dia nyanyi apa.. :D
Macam2 tipical pengamen dengan cara dia menyikapi "klien"nya sering saya temui, tapi saya termasuk "klien" yang selalu mencoba menikmati niat mereka menghibur agar timbul take and give yang seimbang (timbangan kali....).Pernah di sebuah bis umum ketika itu saya dengan dua orang anak saya yang masih kecil sedang hamil tua pula diantar ibu saya menuju pulang ke rumah kami, ada pengamen yang kebetulan menyanyikan lagu2 lama yang enak didengar (menurut versi saya karena kebetulan lagu2 yang dibawakan lagu favorit dari penyanyi favorit saya dan suami ). Ibu saya berusaha mengusir para pengamen dengan cara halus mengingat bawaan kami sudah cukup ribet apalagi saya dan anak2 punya kebiasaan mabuk kendaraan, tapi saya mencegahnya karena itu tadi lagunya enak dan permainan gitarnya cukup kreatif.
BalasHapusKe rumah kami pun cukup banyak pengamen yang biasa mampir, ada yang nyanyi asal2an begitu dikasih Rp.500 langsung ngeloyor, ada yang nyanyi dengan sungguh2 dan memang enak suara serta tepat meilih lagunya(yg lg ngetop) biar diberi Rp.5oo tetep nyanyi sampai selesai, ada lagi ibu2 setengah baya yang kl ngamen nyanyinya begitu dihayati tapi lagunya langgam walau sudah dikasih seribu sambil setengah diusir tetap saja dia selesaikan lagunya sampai bait terakhir. Tapi kalau berbicara oknum dan tidak "profesional" sih bukan hanya ada pada profesi pengamen kan ? dokter, guru, bahkan yang terhormat anggota DPR/MPR bahkan menteri juga masih banyak yang belum bisa bersikap profesional dan bahkan menyalahgunakan wewenangnya.
@695759469448841237.0
BalasHapusmaksih salam kenal,kok namanya ngga nge link mas..
Maaf saya belum punya rumah di dunia maya ini masih dalam tarap liat2, blog walking dan belajar banyak. Dan ssst saya ibu2 mas, wah ga dibaca beneran tuh pengalaman saya tentang pengamen diatas...tapi walau bagaimana pun trims deh dah dibalas.
BalasHapusSaya dulu suka ngamen, tapi bukan krn uang, saya memang suka mengamen, tapi malam habis isyak, ngamen itu enak, sambil pamer suara dan kebolehan bermain gitar, kebetulan saya ganteng tinggi putih, cewek2 bilang mirip david beckham, saya juga kekar hoby fitnes, saya suka ngamen di daerah kampus, banyak dari mereka merekam video, menyenangkan mengingat masa2 itu.
BalasHapus