Tradisi Sambatan masih adakah?
dulu waktu masih tinggal di desa (haiah emang sekarang tinggal di mana?) setiap ada salah seorang warga yang mau membangun rumah seperti membongkar dinding,menurunkan genteng,melepas kerangka rumah dan memasangnya kembali dikerjakan secara sukarela dan bersama-sama,
saat istirahat siang kita makan bersama-sama dan beramai-ramai menyantap hidangan sederhana yang sudah disiapkan tuan rumah,menunya biasanya nasi brokohan dengan lauk tempe tahu di opor,setelah berhenti sejenak pekerjaan kembali ditunaikan dengan riang gembira,pokoknya terlihat guyub dan rukun.undangan sambatan pun melalui sistem dari mulut ke mulut,tak ada sms apalagi email,tidak perlu juga ada rapat panitia ,tuan rumah tinggal minta seseorang,dan orang inilah sebagai duta yang menyampaikan informasi ke tetangga lainya,,
begitulah kira-kira sedikit gambaran tentang arti sambatan, yaitu sistim gotong royong di kampung dengan cara mengerahkan tenaga kerja secara massal yang berasal dari warga kampung itu sendiri untuk membantu keluarga yang sedang mengerjakan sesuatu entah itu mbangun rumah,menanam atau memanen padi,pesta pernikahan dll.tujuan sambatan itu sendiri sebenernya simple, untuk meringankan pekerjaan seseorang.
apakah tradisi sambatan masih ada?
sejak saya pindah di kota kabupaten walaupun bukan kota besar,belum pernah saya denger ada orang ngundangnyambit "nyambat" , jangankan nyambat radius 100 meter ke arah kanan dan kiri dari rumah saya sudah sulit untuk mengenali satu persatu tetangga,jangankan jarak 100 meter depan rumah aja ngga begitu mengenalnya.di jaman facebook ini rupanya tradisi ini mulai hilang,
menurut Koentjaraningrat terdapat pergeseran sistem gotong royong dengan sambatan menjadi sistem upah,dalam bidang pertanian misalnya namoak jelas pergeseran itu,sekarang ini warga yang terlibat dalam "tandur" di beri upah oleh pemilik atau petani penggarap sawah,perubahan semacam ini tidak bisa lepas dari tuntutan zaman ketika lapangan kerja yang semakin menyempit dan kebutuhan hidup yang semakin tinggi,warga yang dulunya murni bergotong royong kini menjadikan sawah sebagai lapangan kerja dan akhirnya sambatan pun lambat laun mulai hilang,
beberapa alasan lainya kenapa tradisi ini mulai hilang karena : pertama, adanya sebagian warga yang tidak memiliki ketersediaan waktu untuk menghadiri sambatan karena sibuk kerja. kedua,sebagian warga tidak memerlukan bantuan sambatan mereka lebih percaya kepada orang yang profesional atau ahlinya.
untuk saat ini sambatan sepertinya sudah berputar haluan dari sambatan kebersamaan sosialdari warga kampung non education menjadi sambatan bareng bareng koropsi dari para alumnus perguruan tinggi maupun intuisi yang lain yang nota bene wong pinter,ranking,terpandang, punya jabatan tapi tidak ada susila alias tidak bermoral sehingga korupsi bareng bareng alias jamaah ya nggak malu walaupun masuk penjara, karena dipenjara pun bisa hidup mewah ada pengawal, ada pembantu, ada AC ada Air panas saat mandi, ada fitness. lha kalau sambatan orang kampung penuh etika menjunjung moral dan saling menghargai walaupun tidak bisa baca tulis.
saat istirahat siang kita makan bersama-sama dan beramai-ramai menyantap hidangan sederhana yang sudah disiapkan tuan rumah,menunya biasanya nasi brokohan dengan lauk tempe tahu di opor,setelah berhenti sejenak pekerjaan kembali ditunaikan dengan riang gembira,pokoknya terlihat guyub dan rukun.undangan sambatan pun melalui sistem dari mulut ke mulut,tak ada sms apalagi email,tidak perlu juga ada rapat panitia ,tuan rumah tinggal minta seseorang,dan orang inilah sebagai duta yang menyampaikan informasi ke tetangga lainya,,
begitulah kira-kira sedikit gambaran tentang arti sambatan, yaitu sistim gotong royong di kampung dengan cara mengerahkan tenaga kerja secara massal yang berasal dari warga kampung itu sendiri untuk membantu keluarga yang sedang mengerjakan sesuatu entah itu mbangun rumah,menanam atau memanen padi,pesta pernikahan dll.tujuan sambatan itu sendiri sebenernya simple, untuk meringankan pekerjaan seseorang.
apakah tradisi sambatan masih ada?
sejak saya pindah di kota kabupaten walaupun bukan kota besar,belum pernah saya denger ada orang ngundang
menurut Koentjaraningrat terdapat pergeseran sistem gotong royong dengan sambatan menjadi sistem upah,dalam bidang pertanian misalnya namoak jelas pergeseran itu,sekarang ini warga yang terlibat dalam "tandur" di beri upah oleh pemilik atau petani penggarap sawah,perubahan semacam ini tidak bisa lepas dari tuntutan zaman ketika lapangan kerja yang semakin menyempit dan kebutuhan hidup yang semakin tinggi,warga yang dulunya murni bergotong royong kini menjadikan sawah sebagai lapangan kerja dan akhirnya sambatan pun lambat laun mulai hilang,
beberapa alasan lainya kenapa tradisi ini mulai hilang karena : pertama, adanya sebagian warga yang tidak memiliki ketersediaan waktu untuk menghadiri sambatan karena sibuk kerja. kedua,sebagian warga tidak memerlukan bantuan sambatan mereka lebih percaya kepada orang yang profesional atau ahlinya.
untuk saat ini sambatan sepertinya sudah berputar haluan dari sambatan kebersamaan sosialdari warga kampung non education menjadi sambatan bareng bareng koropsi dari para alumnus perguruan tinggi maupun intuisi yang lain yang nota bene wong pinter,ranking,terpandang, punya jabatan tapi tidak ada susila alias tidak bermoral sehingga korupsi bareng bareng alias jamaah ya nggak malu walaupun masuk penjara, karena dipenjara pun bisa hidup mewah ada pengawal, ada pembantu, ada AC ada Air panas saat mandi, ada fitness. lha kalau sambatan orang kampung penuh etika menjunjung moral dan saling menghargai walaupun tidak bisa baca tulis.
benar semuanya sudah kenal facebook jadi sosialisasinya cukup di internet
BalasHapusalo aan,...apa kabar ?
BalasHapusaku mengunjungimu nih ^^
Alhamdulillah di desaku masih sob..
BalasHapusaku biasanya cuma bawa palu klu buat rumah...
wekekkek....
iyah,,,sekarang yang kaya gtu udah jarang...
BalasHapusdi rumah mbah-ku di klaten masih ada lho sambatan..
di daerah aku masih ada ko'...
BalasHapusD kampung aku juga masih d prtahankan kok tradisi kayak gini, wLw dah hmpir hLang sich krna smwa org dah beralih ke rumah batu.
BalasHapusTradisi ya!!
BalasHapusKUnjungan pertama ku kak!
kalo berkenan, follow balik ya!
maz.. link wez tak pasang nang blogku :13 check that's out :17
BalasHapusterima kasih coretannya ya dan ini sangat berguna sekali buat saya..salam blogger. terima kasih G-buzz nya sudah anda aplikasikan.salam blogging
BalasHapussama kalau gt sob, d desa q juga masih adatradisi sambatan, tp kalau sambatan biasanya cuma sampai selesai / cuma satu hari, kalau sehari g selesai dan dilanjutkan besoknya lagi sudah g sambatan lagi namanya tp dah masuk hitungann keraja gt
BalasHapussekalian nitip link bolehkan
BalasHapusMenampilkan Pesan Dibawah Judul Postingan
aku datang sahabat...
BalasHapushadir lg kerumahmu,,
sambatan yaa namanya..kalo ditempatku juga ada tradisi spt itu,,
tradisi emang harus kita jaga..
salam
dan selamat malam..
kalau tempatku masih ada sob tradisi sambatan,karena masih dalam lingkup pedesaan,jadi ya rasa sosialnya masih terbilang tinggi
BalasHapushm..patut direnungkan nh..apakah ini berarti kemunduran di tengah majunya jaman..?
BalasHapusMestinya tradisi seperti inilah yang harus dipelihara oleh bangsa kita..,
BalasHapusSebab tradisi seperti ini yang menjadi pembeda bangsa kita dengan bangsa yang lain.., Semangat Gotong Royong..,
Asal tidak Gotong Royong buat KORUPSI aja.., :13
:17 Di kampungku juga alhamdulilah masih ada tradisi gotong royong yang masih agak kuat berakar.
BalasHapusemang sekarang masyarakat Ind jadi LUGU ya sam...LUGU = ELU-ELU GUE-GUE :12
BalasHapusbetapa indahnya suasana SAMBATAN, rukun, kompak, adem, jaman sekarang "LUGU" seperti yg sam bayu lebond bilang,alhamdulilah kalo tradisi ini di beberapa daerah masih ada spt di tempatnya Rizky,mas ivan,Hdscen,anger,,
BalasHapussambatan emang sdh tradisi kita.dr jaman mbah2 kita dulu, tradisi ini sdh populer. Tp kenapa skrg luntur? Yg populer kok malah yg negatif2 trs?:19
met pagi smuaaa,met beraktipitas ya..:39
dewasa ini sudah jarang dijumpai sahabat ...
BalasHapuswah.. klo di tempatku sdh ga ada tuh sambatan kyk gt, apalagi untuk pembangunan rumah, cukup di percayakan pd tukang dan kuli bayaran.. klo untuk acara2 perkawinan ato pernikahan sih msh ada, biasanya yg ikutan bantu ya para pemuda karang taruna
BalasHapus:27 didesa tempat tinggalku juga masih ada! dan gak ada yang korupsi malah pada nyumbang! Bahkan tanpa diundang mereka bahu membahu membantu tukang yang sedang pasang genteng! Nikmatnya memang pada waktu makan bareng walaupun sekedarnya, nikmatnya maknyuuuus! :26
BalasHapusgak tau nih saya nih. :)
BalasHapushttp://lh3.ggpht.com/_RVpTV2JOOxA/SzujWLH3lVI/AAAAAAAABe4/I1qa3bPjrHA/s128/t4belajarblogger54.gif
BalasHapushttp://lh3.ggpht.com/_RVpTV2JOOxA/SzujWLH3lVI/AAAAAAAABe4/I1qa3bPjrHA/s128/t4belajarblogger54.gif
Aan mau nangis deh kalo mo buka blog mu lamaaa....salahku ya koneksinya lambat?....atau blog mu yang terlalu canggih...nih aku mau baca posting terbarumu soal hantu puncak itu jadi ini yg kebuka...duh nasib emak emak gaptek...ayo minta maap ma orang tua ..halah aneh banget ya si Hot Mommy ini ya?....(cie..cie hot mommy) tung tung ada yang mentung nih..
yg lebih parah klo tetangga sendiri aja ga kenal :19
BalasHapusblognya dah ku follow klo berkenan follow balik y...
ditempat saya tradisi gotong rotongnya juga sudah hampir punah..mungkin karena faktor pengaruh globalisasi ya..
BalasHapusitulah tanda2 akhir jaman...nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan sudah hampir pupus..kalau dulu ada yg meninggal dunia orang kampung rame2 ikut mandiin dan menguburkan, sekarang semua serba dibayar, dari memandikan pake bayaran, membuat lubang sampai menguburkan..
BalasHapusMang dulu tinggal di mana? kalau aku, bener2 di udiknya, kaki gunung Slamet :)
BalasHapusklo di daerah ku udah g ada...
BalasHapussayang ya mas... tradisi seperti ini sekarang di banyak tempat sudah menghilang... kita berdoa aja moga kemanusiaan kita juga nggak ikut hilang...
BalasHapusSambatan ya? Alhamdulillah di Desaku masih ada mas aan.
BalasHapusdi rumah mbah saya di Sumedang masih ada tradisi seperti ini... memang seru kalau ikutan... suasananya berbeda sekali... mantapp dah pokoknya... di Blogosphere juga masih ada tradisi seperti ini yaitu blog dengan guest blogger...
BalasHapusperlu di pertahankan budaya kita, agar tak direbut negara sebelah, he..
BalasHapuswah kemungkinan dah mulai berkurang bro.... aku dah lama jg ga sambatan, biasane kalo ada yg py kerja dah mulai bayar orang :26
BalasHapusiya ya...
BalasHapussepertinya tradisi itu sudah hampir punah.
Namanya juga menungso kawan..Sambat ya pasti adalah...tp juga tergantung manusianya juga sih
BalasHapustenang sob kami yang di desa masih menjaga tradisi sambatan itu. oh ya ngomong2 sobat jawanya dimana barangkali deket denganku di salatiga....
BalasHapusmakasih semuaa,,,:14
BalasHapus